Sejarah dan Eksistensi Surat Kabar
- Yohanes Hendri
- 22 Mar 2018
- 2 menit membaca
Diperbarui: 9 Mei 2018

Surat kabar pernah menjadi satu-satunya sumber informasi dan berita yang dibutuhkan berbagai khalayak pada zamannya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu eksistensi surat kabar telah berubah secara dramatis dalam beberapa dekade ini. Munculnya teknologi baru seperti televisi, radio, dan lainnya sangat berpengaruh terhhadap perkembangan surat kabar.
Sejarah mengenai sepak terjang surat kabar sebagai media cetak berita sangat panjang. Menurut Emily Thoreson dari Universitas St. Scholastica, di dalam makalahnya yang turut terlibat dalam pembentukan buku jurnal scholastica media: ascent, dalam topik literasi media, memberi pemahaman mengenai bagaimana masa depan surat kabar, dengan mempelajari sejarahnya terlebih dahulu.
Untuk mengetahui sejarah dari bermulanya surat kabar, kita dapat menelusuri dari surat kabar pertama yang terbit pada pada tahun 59 sebelum masehi yang dibuat oleh Julius Caesar pada jaman kekaisaran romawi, dengan naman acta diurna, atau ‘daily happening’. Sayangnya, tidak ada salinan acta diurna yang bertahan, namun diyakini bahwa acta diurna melaporkan kabar mengenai kejadian sehari-hari, seperti misalnya kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, dan gosip harian. Bentuk fisik acta diurna berupa batu atau logam yang diukir, kemudian dipasang di alun-alun kota setiap hari. Ketidakadaan mesin cetak di zaman itu menyebabkan persebaran informasi yang sangat tidak merata, yaitu hanya dapat di akses di pusat kota. Akan tetapi, meskipun mesin cetak telah muncul pada tahun 1440, surat kabar pertama yang menggunakan Gutenberg’s press tidak muncul sampai dengan tahun 1609, di Jerman. Dokumen-dokumen itu tidak mencantumkan nama kota tempat penerbitannya untuk menghindari tuntutan pemerintah.
Surat kabar berkembang dan menyebar dengan cepat ke Eropa. Pada 1641, sebuah surat kabar dicetak di hampir setiap negara di eropa. Sebagian besar pembuatan surat kabar diatur oleh pemerintah di kotanya, hal ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontroversi. Meskipun demikian, hal ini mulai berubah pada tahun 1641 ketika perang saudara pecah di inggris. Warga setempat pun beralih ke surat kabar untuk meliput kejadian tersebut, dan lebih banyak surat kabar mulai memfokuskan diri pada peristiwa domestik.
Hal ini mulai memicu diskusi tentang kebebasan pers yang kemudian diartikulasikan pada tahun 1644, oleh john milton di aeropagitica yang terkenal. Milton berpendapat bahwa, “who kills a man kills a reasonable creature, god’s image; but he who destroys a good boolk kills reason itself, kills the image of god, as it were in the eye.” Meskipun pada pendapatnya ia menekankan pada buku daripada surat kabar, namun karyanya memiliki pengaruh besar pada aturan pencetakan.
Sumber:
https://rainsworks.wordpress.com/2018/02/19/introduce-newspapers-history-pengenalan/
terima kasih, sy jd mengerti sejarahnya.