top of page

POSTS

Perkembangan teknologi kian tak dapat dipungkiri lagi, berkembang dengan begitu pesat, dan setiap dari kita kini dituntut untuk dapat menggunakannya secara optimal dan bijaksana di tengah dunia yang semakin borderless.

Literasi Digital Berdampak pada Psikologis Anak dan Remaja

  • Gambar penulis: Yohanes Hendri
    Yohanes Hendri
  • 30 Mar 2018
  • 2 menit membaca


Di era digital ini, seakan segala sesuatu tidak lagi terdapat garis pembatas. Semua informasi, entah itu informasi yang bermanfaat maupun yang bersifat destruktif, bisa datang dan pergi begitu saja dengan cepatnya. Cepatnya arus informasi tanpa ada filter yang memadai dapat memengaruhi kondisi seseorang. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin membahas dampak dari literasi digital bagi kondisi psikologis usia anak dan remaja.



Zaman dahulu, setiap sore hari kita sering melihat anak-anak bermain dengan begitu cerianya di sebuah lapangan. Ada yang bermain bola, ada juga yang sedang memandangi langit bermain layang-layang. Akan tetapi, apakah di zaman ini kita masih melihat hal demikian? Jika pun pernah, pasti jarang, tidak sesering dahulu. Pada zaman sekarang, orang tua lebih cenderung memilih memberikan anaknya gawai atau gadget untuk bermain daripada membiarkan mereka bermain dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adanya kekhawatiran orang tua jika anaknya bermain di luar (orang tua yang overprotective), kesibukan orang tua yang terlalu padat sehingga membiarkan gawai untuk "mengasuh" anaknya, dan alasan-alasan lain. Hal ini tentu tidak sepenuhnya salah, dan tidak juga sepenuhnya benar.



Menurut Anna Surti Ariani, seorang pakar psikolog anak, anak yang bermain gawai terlalu lama dapat menyebabkan penurunan wawasan dan kecerdasan. Waktu yang ideal untuk menggunakan gawai bagi anak umur 3-5 tahun adalah satu jam per hari, sedangkan untuk umur 6-18 tahun adalah dua jam. Akan tetapi, pada kenyataannya penggunaan gawai jauh melebihi batasan ideal yang direkomendasikan oleh para ahli. Ia mengemukakan hal demikian karena ia berpendapat bahwa setiap orang, terutama anak-anak, memerlukan wawasan yang konkret terhadap dunia nyata. Meskipun bermain gawai terasa menyenangkan dan mampu mengisi waktu luang, gawai tetaplah bukan salah satu media yang tepat untuk sarana bermain anak.


Pemberian gawai kepada anak bukanlah hal yang sepenuhnya salah. Akan tetapi, orang tua perlu untuk melakukan kontrol dan menyadari adanya efek samping bagi psikologisnya. Dari aspek psikologis, anak akan mengalami gangguan dalam perkembangannya karena pemakaian gawai dengan intensitas yang terlalu tinggi menyebabkan kurangnya interaksi dengan lingkungan.


Apa tanda-tanda anak mengalami gangguan psikologis sebagai efek samping dari penggunaan gawai yang berlebihan? Kenali gejalanya!


1. Menurunnya tingkat kebahagiaan pada anak.

Hal ini karena kebahagiaan anak hanya sebatas gawai. Jika ia tidak bermain gawai, ia merasa tidak bahgia. Jika ia sedang bosan, ia bermain gawai. Jika ia sedang luang, ia mencari gawai. Ketika sedang makan bersama keluarga, ia bermain gawai. Sepanjang hidup seakan hanya untuk memandangi sebuah layar



2. Anak menjadi emosional dan agresif.

Dalam banyak kasus, hal ini dapat dilihat ketika baterai gadget tersebut habis atau tidak mendapat sinyal, maka anak akan cenderung marah. Paparan game yang mengandung unsur kekerasan pun dapat turut menyumbang agresivitas seorang anak.



Dua gejala di atas adalah tanda-tanda anak yang perlu diwaspadai oleh orang tua. Gejala tersebut adalah tanda bahwa anak telah kecanduan terhadap gawai. Tidak hanya aspek psikologis, ternyata juga terdapat efek samping yang mengintai terhadap fisik anak. Efek samping tersebut dapat beruoa sakit kepala, kelainan mata, hingga gangguan neurotik seperti masalah motorik sederhana. Maka dari itu, peran orang tua sangatlah penting bagi perkembangan anak.



Sumber:

http://digital.metrotvnews.com/anakdigital/

Comments


A1
A2
bottom of page