top of page

POSTS

Perkembangan teknologi kian tak dapat dipungkiri lagi, berkembang dengan begitu pesat, dan setiap dari kita kini dituntut untuk dapat menggunakannya secara optimal dan bijaksana di tengah dunia yang semakin borderless.

Literasi Digital, Simfoni antara Manfaat dan Mudarat

  • Gambar penulis: Yohanes Hendri
    Yohanes Hendri
  • 18 Mei 2018
  • 4 menit membaca

Kita pasti pernah mendengar pendapat orang-orang bahwa aplikasi ojek online sangat membantu mobilitas keseharian mereka. Ada juga yang aplikasi yang bisa membuat kita menjual masakan-masakan tanpa harus memiliki warung atau rumah makan, seperti Madhang. Tidak hanya itu, belanja pun juga tidak harus datang ke toko atau malnya, cukup dengan memandangi layar dan tap, tap, tap, tinggal menunggu beberapa hari, barang pesanan sudah sampai.


Di sisi lain, kita juga pernah mendengar bahwa aplikasi-aplikasi online melahirkan problematika baru. Polemik antara ojek-taksi online dan konvensional pun tak terhindarkan, seperti peristiwa demo taksi konvensional yang pernah pecah pada pertengahan 2016 yang lalu di Jakarta.


I. Transportasi Online vs Transportasi Konvensional



Aksi demo ribuan sopir taksi di Jakarta menyedot perhatian dunia. Setidaknya, hal itu tergambar dari obrolan maya di Twitter.
Kata kunci "Blue Bird" masuk daftar trending topic (TT) Twitter secara worldwide alias mencakup wilayah global, sebagaimana pantauan KompasTekno, Selasa (22/3/2016).
Diketahui pula, aksi demo hari ini adalah yang kedua dalam dua pekan. Para pendemo mendesak pemerintah memblokir layanan transportasi berbasis online, seperti Uber dan Grab.
Pasalnya, mekanisme Uber dkk dianggap curang dan mematikan bisnis taksi konvensional. Jika ingin tetap beroperasi, para pendemo meminta Uber dkk menetapkan tarif berbasis argo dan berpelat kuning.

(kompas, 2016)


Para peserta demo, yakni adalah supir taksi konvensional beranggapan bahwa keberadaan taksi-ojek online akan mengancam keberadaan mereka. Tidak jarang, mereka ingin adanya penetapan tarif minimal agar persaingan "lebih sehat" menurut mereka bahkan adapula pihak-pihak yang mengusulkan untuk melakukan pemblokiran terhadap aplikasi transportasi online.



Di sisi lain, kebanyakan masyarakat lebih memilih untuk menggunakan jasa transportasi online ketimbang konvensional. Mudah dan murah tentu adalah alasan utama transportasi online dapat merajai pasar transportasi di era ini. Mudah, ketika kita pulang tengah malam misalnya, tentu sudah tidak ada lagi bus kota yang beroperasi. Transportasi umum yang lain juga mungkin sangat sulit ditemui. Dengan adanya aplikasi transportasi online, kita cukup memesan ojek/taksi dengan gawai kita, tidak lama kemudian kendaraan yang kita pesan sudah datang. Ketika hujan dan kelaparan, kita pasti malas untuk keluar rumah. Solusi yang dapat kita ambil adalah dengan memesan makanan via aplikasi transportasi online. Sungguh mudah bukan?


II. Dilematika Bisnis Daring vs Bisnis Luring / Konvensional


Tidak hanya polemik soal transportasi online vs konvensional, polemik soal toko daring (onlineshop) dan pertokoan konvensional pun juga tak dapat dihindari. Di satu sisi masyarakat merasa sangat terbantu dengan adanya toko daring karena mudah untuk pembelian barang dan jasa, serta harga yang cenderung murah dibandingkan pembelian barang dan jasa luring. Di sisi lain, konsumen toko konvensional menurun dan hal ini tentu mengancam eksisitensi mereka.



Ancaman bisnis online bagi kegiatan ekonomi offline antara lain:

(merdeka, 2017)


1. Mengancam pasar tradisional

Pemerintah khawatir perkembangan bisnis online akan menggerus keberadaan pasar tradisional. Maka dari itu, pemerintah berharap pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) tidak terlalu bergantung pada media penjualan berbasis daring.
Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga tidak memungkiri jika penjualan melalui online bisa meningkatkan kinerja penjualan pelaku bisnis. "Saya yakin bisnis online ini sesuatu yang bisa menggulirkan pendapatan para pelaku UKM tapi tak boleh sampai semuanya dengan online. Pasar kita nanti bisa sepi," katanya


2. Pasar Glodok tidak diminati

Pertengahan tahun 2017, kios-kios di pusat penjualan barang elektronik, Pasar Glodok mulai banyak yang tutup. Toko elektronik yang buka pun tidak sebanding dengan jumlah pembeli yang datang. Salah seorang pedagang laptop di Pasar Glodok berpendapat bahwa sepinya pengunjung karena aplikasi toko daring mulai menjamur. Asumsinya semakin kuat setelah ia merasakan penurunan jumlah pengunjung selama dua bulan terakhir.



3. Belanja online akan tingkatkan pengangguran

Bos CT Corp yang juga menteri koordinator perekonomian era SBY, Chairul Tanjung, mengungkapkan bahwa skema jual beli online atau e-commerce berpotensi meningkatkan pengangguran di Tanah Air. Sebab, pedagang tradisional akan semakin kehilangan pembeli dan terpaksa gulung tikar.


4. Memicu terjadinya PHK massal

Ekonom mikro, James Adam menilai, salah satu faktor pemicu maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para pekerja ritel sejak awal 2017 adalah karena berkembang pesatnya belanja dalam jaringan (daring) atau online.
"Pelaku usaha ritel mengakui kesulitan dengan kondisi (belanja online dominasi belanja konvensional) yang tengah dialami industri jenis ini sampai merambat ke para pekerja ritel di-PHK akibat lemahnya daya beli masyarakat secara langsung ke ritel," katanya seperti dikutip Antara Kupang, Senin (17/7).

5. Lonceng kematian bagi mal

Green Street Advisors mengeluarkan hasil survei terbaru mengenai kebiasaan belanja masyarakat dan keberadaan mal di Amerika Serikat. Hasilnya, mal di beberapa tempat menuju arah kematian karena ramainya belanja online yang mengikis penjualan di pusat perbelanjaan.
Menurut penelitian, hunian mal menurun untuk pertama kalinya sejak resesi ekonomi. Pertumbuhan sewa tempat di mal juga terus melambat belakangan ini.

(merdeka, 2017)

III. Akses Informasi Sangat Mudah, bahkan Bisa Kebablasan


Anda pasti sepakat jika saya mengatakan bahwa di era digital ini kita dapat mengakses segala informasi yang kita mau. Mulai dari informasi lokal, nasional, hingga berskala internasional. Mulai dari informasi seputar profesi, asmara, hingga hobi. Kemudahan-kemudahan tersebut terasa sangat memanjakan setiap dari kita sebagai pengguna internet.



Akan tetapi, kita perlu berhati-hati serta bijaksana dalam mencari dan menerima informasi di tengah segala kemudahan tersebut. Salah-salah, bukannya mendapat informasi yang kita butuhkan, malah kita mendapat informasi yang tidak layak dan sepantasnya. Sebagai contoh, ketika kita sedang berselancar di internet untuk mencari referensi tugas, kita dapat membuka sebuah situs. Akan tetapi, ketika membuka situs itu kita melihat ada iklan 'obat kuat' dengan gambar yang membuat kita 'penasaran'. Karena merasa tertarik dengan 'gambar-gambar' itu, bukan tidak mungkin kita malah nyasar ke situs-situs yang bukan seharusnya. Akses informasi yang terlalu mudah inilah yang patut kita waspadai, terlebih jika pengguna internet tersebut belum cukup umur.


IV. Penutup

Sebeulnya, masih ada banyak sekali hal yang dapat kita bahas jika menyinggung manfaat dan mudarat yang disajikan oleh kehadiran literasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, terus nantikan tulisan-tulisan menarik lainnya, ya!



Sumber:


https://tekno.kompas.com/read/2016/03/22/15055707/Demo.Taksi.Blue.Bird.Jadi.Tren.Dunia.di.Twitter


https://www.merdeka.com/uang/5-dampak-mengejutkan-hadirnya-belanja-online-termasuk-phk-massal

5 comentários


aurelfuxoxo
21 de mai. de 2018

good! lanjutkan!

Curtir

Stefaniiii
Stefaniiii
21 de mai. de 2018

kak terus gimana yaa biar semua lapisan masyarakat itu bisa menerima dan menikmati manfaat yang diberikan oleh adanya literasi digital?

Curtir

Stefaniiii
Stefaniiii
21 de mai. de 2018

km di sini juga wkwkwk

Curtir

Stefaniiii
Stefaniiii
21 de mai. de 2018

lohh guss

Curtir

Agus Geraldo
Agus Geraldo
21 de mai. de 2018

sejauh ini aku setuju min teknologi itu kayak pedang bermata dua ya kan. ada sisi menguntungkan, tapi ada juga sisi yang merugikan orang lain...


Curtir
A1
A2
bottom of page