Literasi Digital Masyarakat Indonesia Dianggap Masih Buruk
- Gracella Imidora
- 4 Mei 2018
- 1 menit membaca
Banyak sekali kasus yang berdampak hoax, naiknya cyber bullying, dan maraknya hate speech. Lebih jauh, kata Novi, ada kecenderungan pemanfaatan media digital untuk kepentingan aksi terorisme, kekerasan, pedofil, dan aksi ajakan bunuh diri secara langsung. ”Hasil kajian Japelidi, tumbuhnya fenomena tersebut karena literasi digital masyarakat Indonesia belum baik. Ini problem yang mesti dicarikan solusi bersama-sama,” kata Novi Kurnia usai membuka acara workshop penyusunan buku panduan literasi digital Prodi FISIP UIN Banjarmasin, yang dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Jumat (27/4).
Ada 3 pendekatan dalam literasi digital yaitu yang pertama pendekatan proteksi yaitu ketika media digital dianggap hanya mempunyai sisi negatif. Untuk itu, pengguna media digital, terutama remaja dan anak-anak, harus dilindungi. Yang kedua Kedua, perlu pendekatan instrumentalis yang menganggap kecakapan media digital dinilai ketika seseorang menguasai media digital secara teknis. Adapun pendekatan ketiga melalui pemberdayaan, yakni media digital bisa digunakan memberdayakan penggunanya sesuai kebutuhan.
Tapi, secara umum, dia berkata pendekatan proteksionis masih mendominasi karena pola ini menganggap seseorang dinyatakan terliterasi secara digital. Indikasinya saat seseorang bisa memahami bahaya digital dan mampu melindungi diri dari bahaya tersebut.
pemerintah harus bisa bergerak lebih cepat dan tanggap membuat regulasi yang adil, lebih peka, dan adaptif terhadap perkembangan tehnologi.
Jadi seperti itu lahh lemahnya literasi digital di indoneisaa, untuk informasi selanjutnyaa tunggu kelanjutannya yaa.
留言